Senin, 22 Juni 2015

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 6 : Chapter 3 - Tertuduh Kembali

Chapter 3 - Tertuduh Kembali


Malam tiba. Aku makan malam dan mandi dan kemudian pergi ke teras untuk menenangkan diri.

Aku memandangi lautan dan menikmati udara malam yang sejuk. Apakah badai akhirnya mereda?

Aku melihat Filo bermain air. Dia ingin berenang setelah makan malam. Dia tampak agak terobsesi dengan berenang akhir-akhir ini. Aku memutuskan untuk berpura-pura tidak melihatnya.

"Hah?"

Di ujung teras aku melihat Motoyasu berjalan bersama. . . Rishia?

Mereka sepertinya berjalan kembali ke hotel.

Dia tidak memakai kostum tupainya.

Apakah dia (Motoyasu) menggodanya (Rishia)? Itu masuk akal. Dia telah mengindikasikan bahwa Rishia ada dalam daftar gadis-gadis cantiknya.

Kurasa orang itu benar-benar ingin membangun harem untuk dirinya sendiri. Menurutnya apa yang akan dikatakan Itsuki tentang ambisinya?

Aku memutuskan lebih baik aku memperingatkannya untuk menjaga jarak.

"Hei! Motoyasu! Lebih baik berhenti menggoda semua gadis yang kau lihat!"

"Hei! Naofumi! Terserah kau saja! "

Motoyasu tampak pucat ketika dia berjalan ke arahku dan menggenggam pundakku. Kemudian dia mendorongku ke arah Rishia.

"Ada apa dengamu?"

"Tidak ada! Dia (Rishia) milikmu!"

Apa yang sedang terjadi? Dia (Motoyasu) seorang playboy sejati, jadi mengapa dia ingin aku memilikinya (Rishia)? Aku memandangi Rishia dan kaget dengan apa yang kulihat.

Matanya merah dan bengkak, seolah-olah dia sudah menangis cukup lama. Aku duduk di sebelahnya.

"Hei, ada apa?"

"Baiklah, aku keluar dari sini!"

"Tunggu! Kau tidak ... "

Mungkinkah dia begitu busuk sehingga dia melakukan sesuatu yang buruk padanya?

Mungkinkah dia (Rishia) tidak ingin bersamanya (Motoyasu) atau semacamnya, jadi dia (Motoyasu) mengatakan sesuatu seperti, “Tidak apa-apa kok. Itu hanya menyakitkan diawalnya saja ... ”dan kemudian memperkosanya?

Aku tidak akan terkejut jika Motoyasu melakukan sesuatu seperti itu. Dia tampak seperti tipe orang yang akan menekan dan mendesak sampai dia mendapatkan seorang gadis.

Rishia menangis begitu keras sampai tampak agak gemetaran.

Itu terlalu mengerikan. Aku tidak bisa membiarkan dia lolos begitu saja.

"Aku tidak melakukannya!"

"Buktikan itu!"

"Tidak . . . Itu bukan kesalahan Pahlawan Tombak ... "

Rishia menenangkan diri dan berbisik.

Kurasa aku membiarkan diriku terbawa suasana. Motoyasu mungkin tidak terlalu mengerikan. Iya kan?

"Jadi apa yang terjadi?"

"Ada sesuatu yang terjadi, tetapi aku tidak begitu pandai menangani hal semacam ini. Jadi aku menyerahkannya kepadamu!" kata Motoyasu ketika dia pergi. Dia (Motoyasu) tersenyum tapi sambil terlihat mual, seperti akan muntah. Dia lari dengan kaki gemetar.

Aku belum pernah melihatnya seperti itu sebelumnya. Dan aku tidak pernah mendengar dia mengatakan bahwa dia tidak pandai berurusan dengan sesuatu semacam ini.

Apa yang telah terjadi? Apakah dia (Rishia) melakukan sesuatu padanya (Motoyasu)?

"Apa yang terjadi?"

"Tolong jangan khawatir tentang itu."

"Aku tidak bisa tidak khawatir. Aku takut dia telah memperkosamu atau sesuatu.”

"Tidak . . . Aku hanya. . . Aku tidak bisa menahan diriku lagi."

"Menahan diri dari Motoyasu?"

"Bu. . . Bukan!"

Dia tampak marah, seolah-olah dia akan menangis lagi. Setidaknya dia punya energi untuk marah.

"Pahlawan Tombak mencoba menghiburku, tapi aku. . . Sebenarnya, aku mungkin tidak boleh membicarakan tentang ini. "

"Yah, kita sudah memulainya. Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang kita diskusikan sebelumnya?”

Aku tidak tahu mengapa Aku ingin membantunya. Mungkin itu karena aku merasa kita berada dalam situasi yang sama, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuknya kecuali berempati.

“Tidak, kumohon. Jangan khawatir tentang itu."

Dia melompat berdiri, membuat wajah minta maaf, dan lari.

"Dia kenapa ya?"

Aku ditinggalkan sendirian, merasa ada yang tidak beres, tanpa tahu apa yang telah terjadi.

Keesokan paginya aku berbaring di tempat tidur dan membaca, tetapi pikiranku masih sibuk dengan kekhawatiran tentang Rishia.

Kami sudah banyak leveling di sini, jadi kupikir kami tidak benar-benar perlu melakukan leveling serius lagi setelah kami terperangkap pada pulau ini.

Jadi aku punya waktu untuk sendiri tanpa melakukan hal yang penting, tetapi aku tidak bisa berhenti memikirkan malam sebelumnya.

"Aku benar-benar ingin tahu apa yang terjadi."

Biasanya, aku mungkin akan merasa baik-baik saja mengabaikannya, tapi kali ini aku tidak bisa menahannya.

Aku tahu bagaimana rasanya  ketika Bitch menjebakku, atau ketika Aku diserang dan dipaksa untuk melindungi Melty.

Pada dasarnya aku punya firasat buruk tentang itu, perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

" Apa Maksudmu?"

"Oh, tidak apa-apa. Aku akan pergi memeriksa sesuatu, jadi kau bisa bersantai di sini. "

"Hm ..."

Raphtalia ingin tahu apa yang sedang terjadi, tetapi aku meninggalkan ruangan tanpa menjelaskannya.

Aku tidak tahu apa yang akan kukatakan. Apa yang terjadi?

Aku gugup tentang hal itu, tetapi aku memutuskan untuk mampir ke kamar Itsuki dan mendengarkan mereka untuk meraba-raba apa yang telah terjadi.

Aku bisa mendengar suara-suara gembira datang dari sisi lain pintu.

Apakah aku terlalu memikirkan ini?

"Ah..."

Aku melihat Rishia. Dia menatap ruangan itu dengan iri dari jauh.
Tapi kemudian dia menyadariku dan lari.

Apa yang sedang terjadi?

Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mencoba membuat Motoyasu mengaku dan memberi tahuku apa yang dia ketahui.

Jadi aku pergi ke kamarnya dan mengetuk pintu.

"Iya aku datang!"

Seorang wanita, salah satu anggota partynya, menuju ke pintu.

Partynya terdiri dari Bitch dan dua wanita lainnya. Wanita yang di pintu adalah salah satu dari mereka, jadi aku akan memanggilnya wanita # 1.

Dia tersenyum lebar. Dia memakai tampang seperti aku adalah orang terakhir yang dia harapkan mengetuk pintu mereka.

"Kau?! Kau disini untuk apa? Apa yang kau inginkan?!"

Dia menatapku sejenak sebelum menyadari siapa aku. Kemudian menyapaku.

Aku benar-benar tidak tahan berbicara dengan orang-orang ini.

"Apakah Motoyasu ada di sini?"

"Kenapa aku harus mengatakan itu padamu?"

"Hei! Motoyasu! "

"Jangan abaikan aku!"

"Ya! Jangan abaikan dia (Wanita #1)! "

Wanita # 2 datang ke ambang pintu untuk bergabung dengan temannya. Sedangkan untuk Bitch, dia rupanya memutuskan untuk mengabaikanku, meskipun duduk tepat di tempat aku bisa melihatnya. Aku benar-benar ingin berpikir bahwa dia trauma, tetapi aku tidak boleh membiarkan fantasiku melayang jauh.

Keduanya tidak berarti bagiku.

Bitch telah diperintahkan, oleh ibunya, sang ratu, untuk membantu Motoyasu dalam perjuangannya melawan gelombang sehingga ia dapat membuktikan dirinya berguna dalam kapasitas tertentu.

Ketika sang ratu pergi untuk misi diplomatik ke negara-negara lain, Bitch menghabiskan waktunya untuk melakukan apa pun yang diinginkannya, dan saat sang ratu kembali, dia (ratu) menemukan banyak uang kerajaan telah disalahgunakan oleh Bitch.

Dia memiliki rambut merah yang sering ia ikat kebelakang menjadi ekor kuda. Dia memiliki jenis wajah yang cukup cantik tetapi semakin aku melihatnya, semakin terasa menjengkelkan.

Seperti yang diharapkan dari Motoyasu, dia (Bitch) ada dalam daftar gadis-gadis cantik bersama dengan Raphtalia dan Filo.

Dia adalah kakak perempuan Melty, dan dia memiliki kepribadian terburuk dari siapa pun yang pernah kutemui. Dia adalah monster tidak bermoral yang suka bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.

Peralatannya terlihat sedikit kumuh daripada sebelumnya. Aku ingin tahu apakah ratu telah benar-benar memotong keuangannya?

"Apa yang kau inginkan, Naofumi? Tak satu pun dari gadis-gadis ini senang melihatmu di sekitar mereka."

Motoyasu muncul, dikelilingi oleh haremnya.

Melihatnya berdiri di sana dengan sombong dan percaya diri seperti itu benar-benar membuatku kesal. Jika aku tidak ingin mendapatkan informasi darinya, aku akan menyuruhnya enyah dari pandanganku dan pergi meninggalkannya.

"Aku tidak peduli apa yang diinginkan wanitamu. Aku punya pertanyaan untukmu."

"Apa itu?"

"Ini tentang semalam. Kau mengatakan bahwa kau menyerahkannya kepadaku,tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."

"Baik, aku akan memberitahumu, tetapi kau harus bertanggung jawab atas semuanya."

"Betapa nyamannya buatmu. Tapi baiklah, karena aku cukup ingin tahu, aku setuju untuk itu."

Dia pasti tahu sesuatu. Wajahnya tiba-tiba tampak pucat, dan dia keluar dari ruangan, meninggalkan haremnya yang mengawasi tempat itu saat kami berbicara.

Kami berdua berjalan ke teras, yang sebagian besar kosong. Dia menatapku lagi, dan tentu saja, wajahnya sangat pucat.

Itu sama sekali tidak seperti dia. Aku tidak tahu dia benar-benar mampu mengkhawatirkan sesuatu.

Biasanya, dia hanya akan memanggilku penjahat, menyalahkan segalanya padaku, membela Bitch, dan membuat hidupku seperti neraka.

Oh, dan tentu saja dia akan menggoda Raphtalia dan Filo sepanjang waktu.

Dia sepertinya punya sesuatu untuk Filo khususnya.

"Kamu berbicara tentang Rishia, kan?"

"Iya."

Apakah dia membuatnya menangis seperti itu? Atau apakah dia sudah menangis sebelum bertemu dengannya?

Dia (Rishia) sangat tertutup padaku,jadi aku tidak bisa mendapatkan penjelasan apapun darinya.

Tapi Motoyasu cukup terbiasa menggoda wanita, dan kupikir dia (Motoyasu) mungkin membuatnya (Rishia) untuk memberitahunya tentang hal itu.

"Jadi sebenarnya ..."

Dan Motoyasu mulai menjelaskan semuanya padaku.

Ketika dia melakukannya, aku menyadari bahwa intuisiku benar. Aku merasakan kemarahan yang meluap dari lubuk hatiku.

"Awalnya aku ingin tahu mengapa dia menangis, dan aku mungkin agak terlalu bersemangat ketika aku bertanya padanya apa yang terjadi, tapi. . . Maaf, kau tahu. . . Aku tidak tahan dengan gadis-gadis ketika mereka seperti itu. Bisakah kau membantuku?”

"Itsuki !!!"

Aku menendang pintu dengan sekuat tenaga dan masuk ke dalam ruangan.

Pintu terbuka dan semua orang di ruangan itu menatapku di ambang pintu.

"Ap. . . Apa itu?!"

"Kau, Pahlawan Perisai! Apa yang kau inginkan dari kami ?!”

Pemimpin bawahan Itsuki, Armor, melotot padaku.

Armor sebenarnya memiliki nama asli, tapi dia selalu mengenakan baju zirah yang mencolok, jadi aku memanggilnya begitu.

Armor memiliki sikap yang buruk. Dia adalah tipe pria yang selalu bertindak seolah-olah dia berwenang (sok berkuasa).

Dia menginginkan kekuatan dan rasa hormat, dan kupikir dia lebih banyak bergaul dengan Itsuki (baca;Menjilat) untuk memastikan dia mendapatkan yang diinginkannya.

Aku tidak tahu seberapa kuat dia. Aku tidak melihatnya melakukan sesuatu yang sangat mengesankan, atau benar-benar membantu siapa pun, selama gelombang terakhir.

L'Arc mungkin adalah musuh, tetapi aku akan memberitahumu tentang penilaiannya kepada Armor: dia terlihat seperti penjahat.

"Apa yang kuinginkan? Aku ingin tahu bagaimana kau hidup dengan dirimu sendiri!”

Aku berteriak dan merasa seluruh ruangan menjadi kacau.

Aku pasti benar-benar terlihat tidak stabil, karena Armor dan anggota party yang lain tiba-tiba tampak terintimidasi.

Itsuki adalah yang pertama kali sadar. Dia sangat marah sekarang. Dia balas berteriak ke arahku.

"Apa yang kau bicarakan?!"

"Masih pura-pura bodoh?"

Sial, aku menjadi sangat marah sehingga aku merasa bisa beralih ke Shield of Wrath saat itu juga. Benci mengepul dalam diriku seperti asap.

Jika Ren muncul, aku mungkin akan menjadi gila. Shield of Wrath berisi inti naga yang telah dibunuh Ren, jadi tameng itu sendiri merespons secara dramatis kehadiran Ren.

"Kamu hanya mencoba membuat master kami ragu-ragu, bukankah begitu, Pahlawan Perisai?!"

Armor mengambil langkah ke arahku, jadi aku mengulurkan tangan, meraih lengannya, dan mencoba menggunakan kuncian judo padanya.


[Melanggar aturan senjata legendaris, kau telah menyentuh senjata selain senjata yang menjadi spesialisasimu.]


Terdengar sesuatu mendesis, dan rasa sakit menjalari lenganku. Tapi itu tidak terlalu sakit.

Aku terkejut bahwa aturan senjata legendaris berlaku untuk hal-hal seperti kuncian judo. Padahal dulu aku bisa mememukul sesuatu. Apa bedanya?

"Aduh!"

“Aku datang ke sini untuk berbicara dengan Itsuki. Jangan menghalangiku, sampah!"

Aku mendorong Armor kembali dan menatap Itsuki.

Aku tidak pernah merasa semarah ini dalam waktu yang lama. Raphtalia telah melakukan begitu banyak hal untuk membantu mengendalikan amarahku.
Tapi aku tidak ingin tetap terkendali saat itu.

"Kau . . . Kau selalu berbicara tentang keadilan dan kejujuran, tetapi Kau sama sekali tidak mengerti apa-apa!"

"Apa yang kau. . "

Aku benar-benar berteriak pada titik ini, dan rupanya Rishia datang ke pintu untuk melihat apa yang terjadi. Ketika Itsuki melihatnya di sana, dia akhirnya menyadari apa yang membuatku kesal.

"Kau bermaksud mengatakan padaku bahwa kamu kesal karena ITU?"

"Itu yang kubicarakan."

"Dia yang salah di sini."

"Apakah kau gila?"

Inilah yang kudengar dari Motoyasu:
Inilah mengapa Rishia sangat galau.

Kemarin, Rishia selesai berbelanja dan kembali ke ruangan partynya.Ini terjadi tepat setelah aku berpisah dengannya.

"Rishia? Apakah itu kau (yang melakukannya) ?"

"Hm? Apa maksudmu?"

Tepat setelah dia kembali ke kamar, Itsuki mendekatinya tampak sangat kesal. Tapi dia tidak tahu apa yang membuat Itsuki kesal.

"Tidak ada gunanya berpura-pura tidak tahu. Aku tahu bahwa kaulah yang merusak aksesoriku."

Dia melihat sekeliling dan melihat bahwa gelang favorit Itsuki pecah menjadi serpihan kecil.

"Aku? Tidak! Aku … aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Apa yang terjadi?"

"Aku tidak percaya kau akan berbohong padaku. Kami memiliki bukti bahwa kau yang melakukannya. "

Itsuki menoleh ke anggota party lainnya. "Betul. Aku melihatnya. Aku melihat Rishia memecahkan gelang berharga Master Itsuki dan kemudian menyembunyikannya."

"Iya."

"Aku juga melihatnya."

"Apa?! Aku tidak melakukan hal seperti itu! Aku . . Aku benar-benar tidak tahu apa yang Kalian bicarakan!"

Rishia dengan tegas membantah tuduhan itu. Tapi Itsuki tidak akan percaya padanya.

“Lihatlah semua saksi yang mengaku melihatmu. Sepertinya tidak ada cara lagi untuk menghindarinya. Seandainya kamu bertobat, aku akan memaafkanmu. Rishia, kau bukan lagi anggota dari Party ini. ”

"Tapi! Tapi Aku benar-benar tidak melakukannya!"

Saat itu, Rishia melihat Armor tersenyum.

Tetapi dia tidak punya waktu untuk mencoba dan mencari tahu apa yang telah terjadi; dia hanya ingin mempertahankan posisinya didalam party. Jadi dia berlutut di depan Itsuki dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali.

"Kumohon! Kumohon! Aku ingin berada di sisimu, Tuan Itsuki!”

Itsuki goyah, mungkin merasa bersalah. Matanya (Itsuki) dipenuhi air mata.

"Kau tidak perlu memaafkannya sekarang, Tuan Itsuki!"

Armor dan anggota party lainnya berteriak kepadanya.

"Maafkan aku. Kita harus berpisah.”

“Tuan Itsuki ?! Aku mengatakan yang sebenarnya! Tolong percayalah padaku! Harap pertimbangkan kembali! Aku akan melakukan apa saja!"

Dia menangis di kakinya, tetapi Itsuki memunggunginya.

“Berapa lama Kau akan mengemis seperti itu ?! Kau pembohong! Kenapa kami harus membiarkan seseorang sepertimu dekat dengan tuan kami?!”

Anggota party Itsuki yang tersisa memaksanya keluar dari ruangan.
Dia masih mencoba untuk kembali ke Itsuki, tetapi usahanya terbukti sia-sia.
Kurang lebih seperti itu yang dikatakan Rishia pada Motoyasu.

"Kau tidak akan memaafkan Rishia setelah semua yang dia lakukan untuk kita selama pertempuran dengan L'Arc?"

"Bukan karena itu sama sekali!"

Bentak Itsuki, tiba-tiba ganas.

Bagiku itu terdengar seperti aku menemukan kebenaran.

Ratu memuji Rishia atas bantuannya, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ia tahan. Dia tidak bisa menerima itu setelah selama ini dia dan partynya telah merendahkannya habis-habisan.

Jadi dia cemburu bahwa anggota terlemah dari partynya mendapat pujian dari ratu, dan satu-satunya cara dia bisa menghadapinya adalah dengan menjebaknya dan menyingkirkannya.

Dari apa yang kudengar, Rishia tidak melakukan kesalahan. Orang lain telah merusak gelang itu, dan mereka jelas-jelas berusaha menjebak Rishia untuk itu.

Aku benci pengecut yang menjebak orang karena kejahatan yang tidak dia lakukan!

Karena itulah aku sangat kesal pada Itsuki, karena aku pernah mengalami masalah yang sama.

"Karena kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan dengan mengemis, jadi kau meminta pahlawan lain untuk datang memohon padaku atas namamu? Apakah kau benar-benar berpikir aku akan membiarkanmu kembali ke partyku?"

"Rishia tidak memberitahuku apa-apa. Teman playboy kita, Motoyasu, menggunakan 'daya tarik'-nya untuk mengorek kisahnya!”

Ngomong-ngomong, Motoyasu datang ke dunia ini karena dia terbunuh dalam hal yang serupa di dunia dia sebelumnya.

Dia mungkin gugup di sekitar gadis-gadis yang tampaknya memiliki obsesi berlebihan kepada laki-laki.

Mungkin itu seperti karakter yandere di galge.
Ada galge seperti itu di duniaku juga. Itu terkenal karena bad ending nya.

Jika Motoyasu pernah mengalami hal serupa di masa lalunya, maka mendengar tentang Rishia dan hubungannya dengan Itsuki akan memunculkan kenangan tentang trauma masa lalunya.

Tapi bukan itu masalahnya di sini!

"Apa yang sudah kukatakan tentang itu adalah kebenaran dan tidak perlu dijabarkan lagi. Rishia berbohong tentang tindakannya. Dia lupa tentang utangnya kepadaku dan hanya menggunakan aku untuk ambisinya sendiri. Menghapusnya dari partyku adalah hal yang wajar.”

"Dan kau tidak berpikir bahwa ada anggota partymu yang lain mungkin berbohong tentang itu?"

"Kau serius? Kau menuduh rekan party kepercayaanku berbohong kepadaku? Kukira itu tidak mungkin. Rishia itu baru bergabung dengan partyku. Karena itu, aku punya alasan untuk lebih mempercayai kata-kata mereka.”

Dasar idiot! Dia bahkan tidak berusaha perpikir!

Jelas, aku meluangkan waktu untuk melihat masalah sebelum aku masuk ke kamarnya.

Aku tahu bahwa aku tidak bisa berlari di sana tanpa bukti dan menggunakan emosiku untuk mengubah pikirannya. Untungnya, alasan belum sepenuhnya meninggalkanku pada saat itu.

Rishia bukanlah penyebab sesungguhnya. Selanjutnya, aku malah sudah tahu siapa penjahat sebenarnya.

Sebenarnya cukup sederhana. Aku hanya bertanya Shadow.

Shadow adalah agen rahasia di bawah komando ratu.

Mereka sangat mirip ninja. Mereka menyelinap diam-diam, mengumpulkan informasi tentang orang-orang.

Aku tahu bahwa mereka telah mengawasi semua pahlawan sejak kami tiba di Cal Mira. Jadi aku berasumsi, tentu saja, bahwa mereka mungkin mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi pada gelang Itsuki.

Rishia tidak merusak gelang itu. Salah satu anggota party Itsuki lainnya yang melakukannya.

Rupanya Shadow itu bahkan mengantisipasi masalah ini dan karena itu Shadow bertemu dengan Itsuki dan menjelaskan situasinya kepadanya. Tapi Itsuki memilih untuk mempercayai partynya daripada Shadow.

Ketika aku mendengar bahwa Itsuki telah diberitahu tentang kebenaran, tidak ada yang tersisa untuk kulakukan selain menerobos masuk dan meminta jawaban.

“Tapi ada saksi! Dan itu adalah pihak ketiga, yang tidak tertarik, yang melihat dengan objektif! Pikirkan tentang itu! Apakah kau benar-benar percaya bahwa anggota partymu menyaksikannya memecahkan gelang itu, dan mereka bahkantidak berusaha menghentikannya?"

"Jadi, kau sudah menyelidikinya ... Yah,kukira tidak ada cara lain untuk menyelesaikannya. Itu semua untuknya (Rishia), kau tahu? Mereka tidak hanya memberinya kesempatan untuk mengaku. Dengan menjebaknya, mereka benar-benar memberi Rishia cara untuk menghindari konflik.”

"Apa yang kau bicarakan?"

Aku benar-benar tidak mengerti tentang drama ini. . . tetapi semua itu terdengar sangat memaksa.

“Itu adalah cara untuk membuat Rishia meninggalkan party. Rekan partyku di sini, telah mengambil tindakan ini sendiri, memberi Rishia cara untuk menghindari pertempuran. Tidakkah kau mengerti? Mereka melakukannya karena khawatir padanya."

“HAH. . . ? ”

Apa yang baru saja dia katakan? Aku sangat bingung.

Mereka melakukan semua ini dengan sengaja? Mereka membuat semuanya untuk membuatnya meninggalkan party?

"Rishia tidak cocok di medan perang. Kami semua telah membicarakannya, dan memutuskan bahwa akan lebih baik baginya untuk menjalani kehidupannya dengan bahagia, kembali ke desanya.”

"Ya benar. Kami melakukan semua ini untuk Rishia.”

Anggota partai lain melompat masuk dan setuju dengan cerita Itsuki. Mereka berusaha membuatnya terlihat seperti ini karena khawatir padanya.

Bukannya mereka memperlakukannya seperti seorang kriminal?

Apakah mereka berpikir seperti apa kehidupan di desanya setelah itu?

Apakah mereka memikirkan bagaimana orang-orang akan memperlakukannya?

Apakah itu benar-benar ide terbaik mereka?

Rishia mengerti betul bahwa dia bukan petarung terkuat disini.
Jika mereka ingin melindunginya dari bahaya pertempuran, mengapa mereka tidak duduk dan membicarakannya dengan tulus?

Memang, Rishia sangat bersemangat ingin membantu mereka, jadi dia mungkin tidak akan langsung setuju untuk pergi. Tetapi jika Itsuki telah mendudukkannya dan dengan tulus menjelaskan perasaannya, bukankah dia akan menahan air matanya dan mengangguk?

Apapun itu, aku tahu satu hal pasti.
Itsuki ingin mengeluarkan Rishia dari partynya. Tetapi Rishia bersikeras untuk membantu, dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

Jadi anggota partainya memutuskan untuk melakukan kejahatan dan menjebaknya?

Apakah itu masuk akal? Tidak. Yang benar adalah bahwa dia (Itsuki) kesal karena dia (Rishia) membuktikan dirinya berguna dalam pertempuran terakhir.

Jadi mereka semua menjebaknya — karena iri hati.

Mereka melakukannya karena khawatir padanya? Ha! Beri aku istirahat!

Tampaknya bagiku lebih mungkin bahwa dia (Itsuki) tahu dia (Itsuki) tidak dalam risiko apa pun dari rencana itu, jadi dia (Itsuki) memikirkannya dan meminta anggota partynya untuk melakukankannya.

Dia (Itsuki) bisa saja mengajukan permintaan yang tulus padanya (Rishia), tetapi sebaliknya dia (Itsuki) menipunya dan akhirnya menyakitinya. Dan semua itu karena dia cemburu pada kesuksesannya dalam pertempuran terakhir!

Kapan dia (Itsuki) akan sadar bahwa kita tidak sedang bermain game?

Selain itu, seandainya ini game, seorang anggota party mungkin saja ikut meninggalkan party jika dia (Itsuki) meminta padanya (Rishia).

Tapi itu benar. Itsuki telah terbiasa bermain game konsol. Jika dia adalah pemain tunggal, maka dia akan terbiasa dengan NPC sebagai anggota partynya.

Aku benar-benar berada di ujung batas kesabaranku dengan pria ini. Lelah, aku menoleh ke Rishia.Dia tampak seperti hampir menangis. Dia gemetaran ketika dia melihat Itsuki, terlihat jelas dia menggunakan energi yang dia miliki untuk tetap tenang.

Sedangkan untuk diriku sendiri, ini benar-benar yang terakhir. Tidak mungkin aku bisa menghormati Itsuki lagi setelah ini.

Motoyasu adalah seorang idiot yang percaya semua yang dikatakan Bitch, tentu saja. Tapi dia bukan tipe orang yang akan mengusir salah satu rekan satu timnya dan membiarkan mereka membusuk.

Sedangkan Itsuki, jika dia menghadapi musuh yang tidak bisa dia kalahkan, akankah dia melarikan diri dan meninggalkan partynya mati?

"Yang benar adalah bahwa Rishia tidak pernah benar-benar cocok dengan party. Aku tidak ingin memaksanya ke dalam situasi berbahaya yang tidak perlu, jadi kupikir akan lebih baik baginya untuk tinggal di tempat yang damai. Kupikir dia akan lebih bahagia seperti itu."

"Apakah kamu tidak mencoba untuk memikirkan bagaimana perasaan Rishia tentang hal itu ?!"

"Itu mudah untuk dikatakan, tetapi kita tidak bisa ambil risiko pada emosi seseorang dalam pertempuran untuk menentukan nasib dunia."

"Kalau begitu, mengapa kau tidak memberitahunya begitu saja sejak awal?"

“Aku akan mengatakannya sekarang. Dia tidak cukup kuat untuk diandalkan dalam pertempuran. Kupikir jika kami memberinya waktu untuk naik level dan meningkatkan kekuatan, segalanya mungkin berubah. Tapi ternyata tidak ada yang berubah. Karena itu, kurasa yang terbaik adalah dia kembali ke desanya."

Itulah yang kuharapkan dari dia.

Pada dasarnya, dia hanya berusaha membuat dirinya terlihat lebih baik.

"Lalu mengapa kamu tidak mengatakan itu dengan jujur? Apakah kamu takut menjadi penjahat?”

"Tidak begitu! Mengapa kamu berpikiran sederhana?”

"Jika berpikir bijaksana berarti membingkai seseorang untuk kejahatan sehingga kamu bisa mendapatkan apa yang kau inginkan, jika seperti itu, aku tidak masalah menjadi orang sederhana."

"Dia tidak akan bisa mengikuti karena pertempuran semakin sulit. Kami harus tangguh untuk melindunginya!”

"Tapi kaulah yang mengabaikan potensi sebenarnya dan memaksanya untuk menjadi petarung! Mengapa kau tidak membiarkan orang lain mengendalikan hidup mereka sendiri?"

Bukankah dia (Rishia) mengatakan bahwa dia lebih baik dengan sihir daripada pedang?

Dia (Itsuki) pasti tahu itu, tapi dia mengatakan padanya (Rishia) untuk fokus pada pertarungan jarak dekat ketika dia (Rishia) pergi untuk mengikuti upacara kenaikan kelas. Dia (Itsuki) seharusnya tahu bahwa dia (Rishia) akan berakhir sia-sia!

Dan kemudian ketika dia (Itsuki) menyadari dia (Rishia) tidak bisa mengikuti, dia (Itsuki) memutuskan untuk menyingkirkannya (Rishia). 

Itu adalah Itsuki yang ku tahu.

Dasar brengsek!

Padahal jika dia (Itsuki) jujur saja padanya, dia (Rishia) akan mengerti!

Pada akhirnya, dia datang dengan skema rumit ini supaya dia tidak terlihat seperti orang jahat.

Dan pada dasarnya itu jugalah yang telah dia lakukan padaku.

Mereka memiliki tujuan yang jelas dalam pikiran mereka dan mereka telah merencanakan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan Itsuki telah berada di dalamnya sepanjang waktu.

“Jadi ini adalah kesempatan bagus untuk memperjelasnya. Partyku tidak akan dapat terus bekerja sama denganmu, Rishia. sejujurnya, kau terlalu lemah untuk mengikutinya.”

Yang berarti dia hanya akan mengatakan yang sebenarnya jika punggungnya sudah mentok ke dinding — hanya karena aku menyerbu masuk.

Selain itu, dia (Itsuki) pasti merasa disalahkan atas perilakunya, jadi dia (Itsuki) beralasan bahwa itu karena Rishia, dan karena itu Rishia harus salah.

Bagaimana dia bisa munafik dan sok suci begitu?

Dibandingkan dengan dia, aku lebih suka bekerja sama pedagang budak dan penipu. Setidaknya mereka tahu bahwa mereka jahat.Mereka tidak berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka, dan niat mereka jelas. Itu saja membuat mereka jauh lebih baik daripada orang seperti Itsuki.

"..."

Rishia mencoba membalas Itsuki tetapi tidak dapat menemukan kata-katanya. Dia berbalik dan berlari keluar ruangan.

"Rishia ?!"

"Dia hanya berusaha mendapatkan simpatimu. Sekarang tolong keluar dari kamarku! ”

"Kau . . . Kau ingin membuat orang yang tidak bersalah menderita — lagi! ”

"Kapan aku melakukan itu ?!"

"Oh, kurasa kau sudah lupa? Tentang Bitch? Tentang kejenakaan pahlawan kecilmu yang menyamar?”

"Aku tidak yakin aku ada hubungannya dengan insiden Bitch."

Tidak ada hubungannya dengan itu, eh? Dia berdiri bersamanya, menyalahkanku untuk semuanya. Tapi aku bahkan belum mendengar permintaan maaf untuk itu.

Dia benar-benar berpikir bahwa dia adalah pusat alam semesta. Dia tidak peduli dengan pikiran dan perasaan orang lain.

Aku tidak punya energi yang cukup untuk marah lagi. Aku merasa sedikit lelah.
Kemarahanku yang mendidih kurasakan mulai mendingin.

Kupikir ini membuatku merasakan apa yang dirasakan Bitch ketika mengkhianatiku. Tapi aku salah. Ini berbeda.

"Baiklah. Kupikir kau memiliki rasa keadilan. Kupikir kau memiliki beberapa masalah tetapi setidaknya kau bisa menjadi pahlawan yang baik. Dan sekarang ini. rasanya aku terkejut. Terkejut dan kecewa padamu.”

Aku menatapnya dengan pandangan tidak enak.

Aku mendengar bahwa kebalikan dari kasih sayang bukanlah kebencian — itu adalah ketidakpedulian.

Jadi itu berarti kebalikan dari kebencian juga ketidakpedulian.

Aku tidak bisa lagi peduli pada Itsuki. Aku tidak bisa marah pada seseorang yang tidak kupedulikan.

"Kita tidak memiliki hubungan yang memungkinkanmu untuk mengatakan hal-hal seperti itu! Tolong jaga jarakmu dariku di masa depan!"

Itsuki sangat marah. Dia meneriakiku.

Aku mulai mengerti. Itsuki sangat memikirkan dirinya sendiri, jadi tidak ada yang lebih buruk baginya daripada mengetahui pendapat tentang dia telah jatuh di mata seseorang. Dia pasti memiliki beberapa trauma.

"Aku tidak peduli. Mengapa aku harus menghabiskan waktu dengan bocah sok suci sepertimu? Terus lakukan yang terbaik untuk menjaga sifat buruk dan jahatmu tetap tersembunyi dari semua orang."

"Aku sudah bilang untuk keluar dari sini!"

Itsuki tampak seperti dia akan meraih busurnya, tapi aku hanya menatapnya dengan sikap acuh tak acuh.

"Lanjutkan . . . Lakukan. Ambil busur kesayanganmu dan tembak aku. Kau pengecut!"

"Kamu yang meminta!"

Itsuki menarik kembali senar pada busurnya dan menembakkan panah.
Busurnya adalah busur magis. Anak panah baru muncul ketika dia menarik tali kebelakang.

Aku berjalan perlahan ke arahnya.

Panahnya mengenaiku, tetapi berdentum ke lantai dengan suara dentangan seperti itu yang tidak efektif.

"Apa?!"

"Kau monster!"

Anggota party Itsuki tidak bisa percaya betapa tidak efektifnya panah itu terhadap pertahananku. Mereka memanggilku monster!

"Kamu tahu bahwa serangan jahat tidak bekerja untukku, kan?"

Aku terus berjalan menuju Itsuki, dan dia terus mundur untuk menjaga jarak. Segera dia berada di sudut, menembakkan panah demi panah ke arahku.

"Eagle piercing shot!"

Aku tidak percaya dia akan menggunakan skill di dalam ruangan kecil seperti itu.
Aku memicingkan mata ke arah panah dan memantapkan diriku, lalu meraih dan menyambar anak panah berbentuk elang,menghentikannya sambil mencengkram lehernya.

"Kau . . . Kau menghentikan eagle piercing shot ku?”

"Aku yakin ini adalah defense ignoring attack, tetapi itu tidak masalah. Bahkan tidak layak untuk membela diri terhadap sesuatu yang begitu lemah."

Aku tegang, menatap magic eagle piercing shot ditanganku, dan kemudian aku meremas tenggorokannya dan membunuhnya.

Karena itu bukan benar-benar monster, jadi aku bisa membunuhnya dengan kekuatanku sendiri.

Aku menjatuhkannya dan mendekati Itsuki sampai kami bertatap muka.

“Kau bilang Rishia lemah? Ha! Dan kau pikir kau kuat?"

“. . . !? ”

Wajahnya memerah karena marah.

Aku tidak peduli. Aku tahu bahwa Fitoria telah memperingatkanku tentang hal itu, tetapi aku tidak ingin ada hubungan dengan Itsuki lagi.

Aku berbalik dan meninggalkan ruangan.

“Aku harap kau menikmatinya! Kau tidak akan bisa menjadi bos kami lebih lama!"

Aku tidak peduli. Mungkin dia akhirnya mengerti seberapa besar perbedaan dalam kekuatan kami. Mungkin itu akan menginspirasi dia untuk menjadi lebih kuat.

Aku mengejar Rishia.

Aku melihatnya berlari ke arah pelabuhan, tetapi ketika aku sampai di sana, dia tidak terlihat. Dia tidak akan ...

Tepat saat aku mempertimbangkannya, aku melihat Filo menarik Rishia keluar dari air.
Ada kerumunan orang berdiri di sekitar mereka.

“Hei, apa kau suka berenang? Tapi sepertinya kau tidak terlalu bersenang-senang! Dan kau tidak tenggelam kan?"

"Lepaskan aku! Kumohon, aku. . . aku. . ."

"Filo, kau baik-baik saja. Aku akan mentraktirmu nanti. "

"Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi yay!"

“Ceritakan apa yang terjadi."

“Gadis baik ini baru saja melompat ke laut. Tapi dia mulai tenggelam, jadi aku melompat dan menariknya keluar."

"Dia melompat ..."

Dia cukup sedih untuk mencoba bunuh diri. Sungguh mengerikan hanya memikirkannya.
Tiba-tiba aku mengerti mengapa Motoyasu begitu ketakutan.

Seseorang yang kau sukai mungkin mengatakan hal-hal buruk kepadamu, tetapi mengapa kau harus mencoba bunuh diri karena itu?

"Kerja bagus, Filo."

"Heh, heh, heh."

Aku mengelus kepala Filo.

Jika Filo tidak ada di sana, itu mungkin akhir dari Rishia. Pelabuhan itu sangat dalam di beberapa tempat.

Tempat di mana kapal-kapal besar berlabuh itu sangat dalam. Jika kau mencoba tenggelam di sana, kau bisa melakukannya.

Kami baru saja berhasil menghindari bencana.

"Oke, Rishia ..."

Filo masih memegangi Rishia, yang tampaknya sangat putus asa. Aku meraih tangannya dan berbicara dengannya.

"Anggap saja kau berhasil, dan kau sudah mati di sini. Sekarang apa yang ingin kau lakukan dengan kehidupan yang sudah kau selamatkan?"

"Biarkan aku mati. Tuan Itsuki menolakku. Aku tidak punya alasan untuk hidup. Aku tidak berharga bagi siapa pun."

“Tidak ada yang mengatakan itu. Kaulah yang memutuskan apa yang pantas untukmu."

"Kalau begitu biarkan aku mati."

"Kamu bisa melakukan apa yang kau mau, tapi aku tidak akan memaafkanmu!"

Aku tidak tahan membayangkan dia diperlakukan seperti ini.

"Apakah kau akan menerima bahwa mereka telah menindasmu? Apakah kau tidak ingin membuktikan bahwa mereka telah salah?"

"Tetapi aku..."

"Bukankah kau ingin membuat Itsuki berkata," Tolong kembalilah. Kami membutuhkanmu'?"

"Aku tahu bahwa aku lemah. Aku tahu itu!"

"Siapa bilang kau akan selalu lemah? Hanya Itsuki. Tapi dia salah."

Mereka bilang padaku bahwa aku adalah pahlawan terlemah juga. Mereka memandang rendah kepadaku.

Itu sebabnya. . . itu sebabnya kau tidak bisa terima saja apa yang orang katakan tentang dirimu sendiri.

"Bisakah aku . . . Bisakah aku menjadi lebih kuat? Akankah dia akan menghormatiku suatu hari nanti?"

"Aku berjanji padamu. Kita akan menunjukkan kepada Itsuki betapa kuatnya kau nanti!"

Kami akan membuatnya menyesal mengusirnya dari partynya. Si bodoh itu!

Jika kita membuat Rishia lebih kuat dari rekan setimnya yang lain, maka pada akhirnya Itsuki harus memercayai hal-hal yang kuceritakan kepadanya tentang sistem power-up.

"Rishia, aku akan membantumu. Aku akan membantumu sampai kau cukup kuat untuk membantu dirimu sendiri. Kita bisa melakukannya!"

Itulah yang kurasakan.

Kami sudah mengalami hal yang sama. Kami telah dijebak, dipanggil lemah, dan direndahkan. Aku melihat diriku di Rishia, dan aku akan memastikan bahwa Itsuki mengerti betapa salahnya dia.

"Ikutlah bersamaku!"

Aku mengulurkan tangan padanya. Dia ragu-ragu, lalu mengambilnya. "Tapi aku mencintai Tuan Itsuki."

"Baiklah. Cintai yang kau inginkan. Aku juga tidak peduli apa yang kau pikirkan tentang aku. Aku hanya peduli tentang bagaimana kau memikirkan dirimu sendiri."

Bukannya aku mengundangnya ke partyku karena dia seorang gadis.

Aku tidak bisa memaafkan tindakan Itsuki. Dia memaksanya untuk naik level seperti yang dia inginkan, lalu membuangnya ke tepi jalan ketika dia tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Dan aku merasa seperti aku telah melalui hal-hal yang sama dengannya.
Itu sebabnya aku tahu apa yang kubicarakan.

"Kau akan kuat. Kami akan melakukan apa pun untuk membantumu."

"Baiklah. Terima kasih."

Dia masih terisak ketika dia menerima undangan partyku.

Jadi Rishia akhirnya bergabung dengan partyku, tapi ... Ketika kami dalam perjalanan kembali ke kamar, kami bertemu dengan Raphtalia.

“Aku mendengarmu berteriak. Kamu terdengar sangat marah! Apa yang terjadi?"

"Itsuki membuatku kesal."

"Tapi. . . Oh, bukankah itu Rishia di belakangmu?”

Jadi dia tahu tentang Rishia. Baiklah. Itu akan membuatku lebih mudah menjelaskannya padanya.

"Oh, um. . . iya."

"Apa yang terjadi denganmu?"

"Aku akan menjelaskan ketika kita kembali ke kamar."

"Bagaimana dengan Rishia?"

"Dia ada di party kita sekarang."

“Be. . . benarkah? Baiklah."

Raphtalia mengangguk. Sepertinya dia sudah mulai mereka-reka apa yang terjadi, di pikirannya.

Kami kembali ke kamar, dan aku memberitahunya apa yang terjadi.

Raphtalia bereaksi seperti yang kuharapkan. Dia setengah jengkel, setengah marah.

"Itsuki ..."

"Tolong, jangan bicara buruk tentang Tuan Itsuki."

"Setelah semua yang dia lakukan padamu, kau masih ingin membelanya?"

Raphtalia sepertinya tidak bisa mempercayai telinganya.

Aku merasakan hal yang sama.

"Jika Filo tidak datang, dia benar-benar akan tenggelam."

"Apakah aku melakukan sesuatu yang baik?"

“Ya, kau melakukannya dengan hebat. Aku sudah memberitahumu itu."

"Heh, heh."

Tampaknya Filo belum mendapat cukup pujian, jadi aku meraih nya dan mengacak-acak rambutnya.

Cowlick-nya agak mengganggu.

"Tuan Itsuki tidak jahat. Ini salahku karena aku lemah."

Rishia tampak seperti akan menangis lagi. Raphtalia meraih dan menarik tangannya.

"Kamu benar-benar peduli padanya, bukan?"

"Iya."

"Dia akan datang suatu hari nanti. Sampai saat itu, kau dan aku hanya perlu bersabar.”

"Kalau begitu, kau merasakan hal yang sama, bukan? Baiklah."

Hah? Eh? Apa yang mereka bicarakan? Aku tidak benar-benar mengerti, tetapi ruangan itu terasa sedikit sesak tiba-tiba.

Apa yang dia maksud dengan "kau dan aku"? yah terserahlah, setidaknya mereka tidak saling bermusuhan.

"Oke, hal pertama yang pertama. Rishia, jangan menguntit Itsuki, oke?”

"Oh. . . Baik."

Dia sudah berada di rute yang tepat untuk menjadi penguntit, jadi aku merasa perlu menggigitnya sejak awal.

Yang benar-benar dia butuhkan sekarang adalah jarak dan ruang untuk berpikir.

"Aku akan melakukan yang terbaik."

"Itsuki sangat kesal sekarang, jadi yang terbaik adalah menjaga jarak."

Aku juga tidak ingin melihatnya. Seluruh sikap puas dirinya benar-benar membuatku sangat jengkel.

“Jadi peran apa yang harus diambil Rishia di party kita? Menurutmu apa yang terbaik dari dia?"

"Oh tidak!"

"Tenang. Kami tidak akan memaksamu untuk melakukan apa pun yang tidak kau inginkan."

Yang ingin kukatakan adalah sekarang bahwa dia adalah anggota party kami, kami perlu mencari tahu peran apa yang akan ia mainkan dalam formasi kami.

Tapi dia sudah berada diparty Itsuki selama ini.

Yang berarti ada besar kemungkinan dia mengira aku adalah predator seksual atau semacamnya.

"Apa yang kau kuasai? Dari apa yang kudengar kau menjadi petarung jarak dekat?"

"Yah, aku sudah melakukan yang terbaik, tapi. . "

“Setiap orang memiliki hal-hal yang mereka kuasai dan hal-hal yang tidak mereka kuasai. Kita hanya perlu berlatih berbagai hal untuk membantumu menemukan posisi yang cocok. Partyku benar-benar tidak memiliki cukup anggota, jadi pasti ada sesuatu yang sempurna untukmu."

Baik Filo dan Raphtalia sudah menjadi petarung jarak dekat yang sangat baik, jadi kupikir kami akan baik-baik saja di bagian depan.

Dengan adanya mereka berdua sebagai petarung jarak dekat, mungkin lebih masuk akal jika dia fokus pada penggunaan sihir, karena tidak ada di antara kami yang mengkhususkan diri sebagai pengguna sihir.

"Sihir macam apa yang bisa kau gunakan?"

“Aku tidak punya spesialisasi. Tapi itu juga berarti aku bisa menggunakan semua jenis yang berbeda."

"Kedengarannya sangat berguna."

Filo, Raphtalia, dan aku semua terbatas pada satu jenis sihir tertentu.

Aku bisa menggunakan sihir pendukung dan pemulihan, Filo bisa menggunakan sihir angin, dan Raphtalia bisa menggunakan sihir ilusi.

Tetapi Rishia mengatakan bahwa jenis sihirnya tidak terbatas seperti kami.

Sayangnya, itu mungkin berarti bahwa dia tidak akan menjadi sangat bagus dengan tipe apapun.

Bagaimanapun, itu akan sangat membantu.

Jika dia bisa menggunakan sihir apa pun, maka kita akan dapat menyesuaikan rencana pertempuran kita dengan cepat, merespon apa pun yang muncul.

Bagaimanapun, kekuatan bukan hanya tentang level dan statusmu.

Jika kami berpikir tentang strategi kami, kami seharusnya dapat melakukan melebihi yang bisa diperkiraan seseorang di level kita.

Jadi ini adalah kesempatan yang bagus bagi kita untuk duduk bersama dan memutuskan cara paling strategis untuk membagi peran yang diperlukan dalam party.

Aku bertanggung jawab atas pertahanan dan penyembuhan, yang menjadikanku sebagai pemain pendukung.

Raphtalia adalah seorang penyerang yang dapat menawarkan dukungan dalam keadaan darurat: shortstop versi kami.

Ketika dia menyerang, dia akan menindaklanjuti serangan Filo. Dalam keadaan darurat, dia bisa menggunakan sihir ilusinya untuk memberi kita keuntungan.

Filo adalah seorang penyerang.
Dia kuat dan cepat. Dia bisa menggunakan haikuikku untuk mengeluarkan dan menghancurkan sejumlah monster dengan cepat.

Jadi aku perlu mencari posisi yang cocok bagi Rishia dan kemudian menyesuaikan strategi kami untuk mengakomodasi dia.

“Jangan khawatir, Rishia. Tn. Naofumi terlihat kasar dan kejam, tetapi sebenarnya dia tidak seburuk yang kau kira."

"Mungkin kamu dan Rishia harus mengobrol panjang tentang itu suatu hari nanti."

Apa artinya itu? Tidak seburuk yang kau kira?

Baiklah. Bukan siapa aku sebenarnya, tetapi aku bisa membayangkan bahwa orang mungkin terintimidasi setelah mendengar tentang kehidupan pedagangku dan hubunganku dengan pedagang budak.

"Baiklah . . . Aku. . ."

Mata Rishia beralih kepadaku, dan kemudian dia memalingkan muka lagi sebelum mengangguk.

Kukira dia setuju dengan Raphtalia?

"Hei, apa yang kau katakan tentangku?"

"Tidak ada..."

"Kalau itu bukan rahasia. Katakan padaku."

"Orang seperti itulah dia."

"Aku mengerti."

Apa yang dia mengerti? Aku tidak bisa mengerti cara berpikir wanita.
Mereka adalah sebuah misteri. Mereka lebih mudah dimengerti didalam galge.

"Itu mengingatkanku pada sesuatu."

Aku melihat Rishia dari kepala ke kaki.
Dia tidak memiliki peralatan yang sangat bagus.

Kostum tupai, kupikir itu disebut Risuka Kostum? Mereka mungkin memaksanya untuk memakainya karena dia anggota paling baru di party.

"Rishia, kau level berapa?"

"Hm? 68. "

Itu lebih tinggi dari yang kuharapkan. Aku tidak memeriksa statusnya secara langsung, tetapi jika dia berada di level 68, maka dia mungkin akan terbukti berguna.

Rishia akan menjadi tipe pengguna sihir yang serba bisa. Haruskah aku memintanya  fokus pada penyembuhan dan sihir dukungan juga?

Jika dia adalah pengguna sihir, aku harus khawatir tentang peringkat pertahanannya. Aku harus menyadari bahwa akan ada saat-saat ketika aku tidak akan dapat melindunginya sepenuhnya dalam pertempuran.

Jika dia di level 68, maka dia akan sedikit di belakang Raphtalia dan Filo, tetapi dia masih bisa berpartisipasi dalam pertempuran.

Satu-satunya hal yang benar-benar membuatku khawatir adalah Itsuki telah berusaha keras untuk menyingkirkannya. Mungkinkah dia benar-benar selemah itu? Memang sih, Itsuki bukan orang terpintar tapi tetap saja. . .

"Um, Pahlawan Perisai? Kau dulu punya Pekkul Kostum, bukan?"

"Hah? Ya, aku punya beberapa yang seperti itu. Oh, dan jangan panggil aku seperti itu. Terlalu kaku. Panggil saja aku dengan namaku."

Aku berkelahi dengan Melty karena hal seperti ini di masa lalu, jadi aku menyadari bahwa memanggil satu sama lain dengan nama kami itu penting.

"Feh? Oke, um, Naofumi. ”

"Baik. Sekarang bagaimana dengan kostum? ”

"Aku bertanya-tanya apakah kau akan membiarkanku memakainya."

"Apa?"

“Yah, aku harus memohon pada mereka semua untuk membiarkanku memakai Risuka Kostum, tapi akhirnya. . "

"Maksudmu mereka tidak memaksamu untuk memakainya?"

"Tidak, mereka tidak melakukannya."

Oh, astaga! Dan dia mengangguk seolah mengatakan hal yang paling jelas di dunia.

Dia sangat menyedihkan. Dia bermain langsung ke intimidasi mereka dan tersenyum tentang hal itu sepanjang waktu!

“Ini adalah peralatan yang luar biasa. Tetapi ketika mereka mengusirku dari party aku harus mengembalikannya."

"Baiklah..."

"Itu memiliki banyak efek khusus yang membuat semuanya lebih mudah."

"Kurasa begitu."

Risuka Kostum mungkin memiliki efek meningkatkan sihir, yang akan bekerja dengan baik dengan kecenderungan bawaan Rishia.

Aku mengeluarkan Pekkul Kostum dan menyerahkannya ke Rishia.
Itu memang memiliki banyak efek peralatan dan dalam banyak hal lebih baik daripada armor Raphtalia.

"Tuan Naofumi, apakah kau serius akan membuat dia memakai itu?”

"Aku tidak menyuruhnya memakai Kostum itu. Dia yang memintanya."

Jika kami memberinya beberapa peralatan murah yang kami miliki -yang tergeletak di sekitar- itu tidak akan menjadi lebih baik dari apa yang sudah ia kenakan.
Dan selain itu, kami memiliki tiga Pekkul Kostum. Kami mendapatkannya dari bos Karma Pengu di Cal Mira.

Bos seri karma lainnya yang kami kalahkan tidak memberikan drop kostum apapun.

"Apa kau menyukainya?"

“Ya, sangat nyaman. Bahkan ketika aku sedih atau depresi, tidak akan ada yang tahu - karena aku memakainya."

Nah, itu hal yang menyedihkan untuk dikatakan. Seberapa parahkah mereka telah menggertaknya?

"Kau yakin mau memakainya?"

"Iya!"

Iya?! Oh ayolah beri aku istirahat. Dia terdengar menyedihkan.

Ini menempatkanku di tempat yang sensitif. Aku ingin dia menjadi dirinya sendiri, tetapi jika dia tidak benar-benar ingin menjadi lebih baik, maka dia tidak akan berhasil.
Dan di sini dia meminta untuk memakai kostum sehingga dia bisa menangis dan akan luput dari perhatian semua orang?

"Kau bisa memakainya sementara, tapi pada akhirnya aku harus memintamu untuk menggantinya dengan yang lain."

Raphtalia tampak khawatir.
Apakah mereka akan menjadi teman? Bisakah Raphtalia bertahan?
Dari segi kepribadian, aku yakin kami bisa bergaul dengan baik, tapi masih terlalu dini untuk membuat keputusan penilaian.

"Mari kita bekerja bersama dan menjadi lebih kuat, oke?"

"Iya!"

Setidaknya dia bisa menjawab dengan penuh semangat. Bagiku sepertinya dia cocok dengan party Ren.

Perlahan, tetapi dengan penuh semangat, Rishia menyingkap bagaimana dia memandang Pekkul Kostum.

"Bagaimana tampilannya? Pen-Pen! ”

"Um. . . ya."

Dia tampak agak terlalu bersemangat tentang hal itu. Dia mengingatkanku pada diriku sendiri, sebelum aku dipanggil ke dunia ini.

Tapi sekarang aku bertemu dengan orang lain, selain Filo, yang benar-benar menikmati saat memakainya. 

Dia sepertinya tidak tahu bagaimana berteman dengan manusia, tapi dia mungkin bisa berteman dengan monster.

"Terima kasih telah mengundangku ke partymu."

"Bukan masalah. Terima kasih telah bergabung."

"Yay! Kita bisa berpakaian saaaaammaaa! ”

"Senang bepergian denganmu, Rishia."

Dan teman-temanku menyambutnya.





TL: Kuaci
EDITOR: Isekai-Chan

Artikel Terkait