Kamis, 07 November 2019

Masohi, Selalu Ingin Kembali!

Oleh: Uti Darmawati


Liburan kenaikan kelas Buyung berlibur di rumah Paman Abua. Paman Abua tinggal di Masohi, Maluku Tengah. Masohi ialah kota kecil di Kepulauan Seram. Penduduk orisinil di Kota Masohi ialah suku bangsa Alifuru. Akan tetapi, banyak pendatang yang tinggal di Kota Masohi, menyerupai Bibi Siti, istri Paman Abua.

Paman Abua mempunyai seorang anak pria yang bernama
Pelupessy. Pelupessy seumuran dengan Buyung. Inilah yang membuat Buyung betah tinggal di rumahnya. Buyung mempunyai teman sepantaran yang diajak bermain. Selain itu, setiap pagi Buyung diajak Pelupessy ke pantai. Letak pantai hanya beberapa kilometer dari rumah paman. Biasanya, mereka naik sepeda menuju pantai sambil menghirup udara
segar. Buyung bahagia alasannya ialah setiap hari sanggup menikmati keindahan alam bersama Pelupessy.

“Udara pagi ini sangat segar, Yung?” kata Pelupessy.
“Emmmm…, segar sekali, Pelu,” teriak Buyung sambil mengayuh sepedanya di pinggir pantai.

“Ayo, kita ke ujung sana, Pelu!” kata Buyung kepada Pelupessy. Pelupessy segera menyusul Buyung. Mereka berdua berlomba mengayuh sepeda. Sampai di ujung pantai tiba-tiba Buyung menghentikan sepedanya. Saat itu terjadi goresan antara karet rem sepeda dengan pelek sepeda.
“Pelu, lihat apa yang dibawa orang itu!” kata Buyung kepada
Pelupessy. Pelupessy pun segera memperhatikan orang yang ditunjuk Buyung.

“Terumbu karang!” kata Pelupessy dengan terkejut.
“Mengapa ia mengambil terumbu karang itu, Pelu? Bukankah
perbuatannya mengancam habitat laut?” tanya Buyung.
“Iya. Perbuatannya sangat mengancam kelestarian alam bawah laut. Orang itu hanya mementingkan kesenangannya sendiri,” kata Pelu kepada Buyung dengan wajah sedih.

“Sudah jangan sedih. Lebih baik, kita kini pulang. Bibi Siti nanti resah mencari kita,” ajak Buyung.

Pelupessy dan Buyung kembali mengayuh sepeda. Sepanjang
perjalanan pulang, Buyung memperhatikan lingkungan alam di Masohi. Daerah Masohi merupakan tempat pantai yang landai. Daerah ini merupakan lahan bagi masyarakat untuk mencari ikan.

Menurut pengamatan Buyung, sebagian besar penduduk di Masohi bekerja sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan di sekitar Kepulauan Seram. Namun, ada juga masyarakat yang melaksanakan pekerjaan seperti menciptakan jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam bahtera atau kapal motor, dan mengangkut ikan dari bahtera atau
kapal motor. Tentu, mereka tidak sanggup dikategorikan sebagai nelayan. Selain menangkap ikan, masyarakat Masohi juga melaksanakan kecerdikan daya
mutiara dan rumput laut. Jika demam isu panen tiba, mereka menyelam untuk mengambil mutiara dan rumput laut.

Seperti halnya dengan penduduk Masohi lainnya, Paman Abua bekerja di laut. Paman seorang pelaut ulung. Paman Abau menggunakan alat rompong (Fish Aggregation Device) sebagai sarana pengumpul ikan. Ikan yang sudah berkumpul di rompong, kemudian ditangkap dengan jaring jenis purse sein. 
Selain mencari ikan, Paman Abua mempunyai usaha
budi daya rumput laut. Bibi Siti membantu perjuangan Paman Abua untuk merawat rumput laut. Usaha yang ditekuni Paman Abua mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
Sesampai di rumah, Buyung melihat Bibi Siti memilah rumput laut.

Bibi memisahkan rumput maritim yang kurang elok dan meletakkan dalam karung bekas.

“Buyung, capai tidak?” tanya Bibi Siti sambil tersenyum.
“Tidak, Bi. Buyung tidak capai. Baru saja Buyung naik sepeda bersama Pelupessy ke tepi pantai,” jawab Buyung.
“Ayo, bantu bibi menjemur rumput maritim ini,” kata Bibi Siti sambil memilih rumput maritim yang rusak.

“Iya, Bi. Ayo, Pelu kita jemur rumput maritim ini bersama-sama,” kata Buyung kepada Pelu yang sedang memasukkan sepeda.

“Siap!” teriak Pelupessy.

Keduanya kemudian mengangkat rumput maritim sedikit demi sedikit dan meletakkannya di atas para-para. Saat Buyung dan Pelupessy mengangkat rumput laut, mereka memakai kekuatan otot tangan. Rumput maritim perlu dijemur biar kering. Setelah kering, rumput maritim itu baru laris untuk dijual.

“Pelu, udara di tempat ini panas, ya?” kata Buyung.
“Iya, Buyung. Kan kau sudah tahu kalau di tempat pantai suhu udaranya panas. Masyarakat di tempat ini biasanya mengenakan pakaian terbuka, menyerupai kaus dan celana pendek. Suhu udara di daerah ini berbeda dengan suhu udara di dataran tinggi. Biasanya masyarakat di dataran tinggi berpakaian tertutup alasannya ialah lantaran suhu udara di pegunungan dingin,” Pelupessy memberi klarifikasi kepada Buyung. 

“Iya, iya, saya paham klarifikasi Profesor Pelupessy!” jawab Buyung sambil tertawa. Pelupessy melempar beberapa ranting rumput maritim ke arah Buyung. Secepat kilat Buyung menghindar serangan Pelupessy.

“Sudah, sudah. Ayo, selesaikan dahulu pekerjaan ini! Setelah itu, kalian membersihkan diri dan sarapan, ” kata Bibi Siti.

“Iya, Bi,” kata Buyung. Sarapan sudah tersaji di ruang tengah. Buyung, Pelupessy, dan Bibi Siti bersiap makan. Saat itu, tampak Paman Abua pulang. Setelah membersihkan diri, Paman Abua bergabung bersama untuk sarapan. Setelah makan bersama, kami duduk di depan rumah sambil menunggu jemuran rumput laut. Paman Abua bercerita kepada kami tentang kegiatannya melaut semalam. Kami mendengarkan kisah paman.

Sesekali Buyung, Pelupessy, atau Bibi menanggapi kisah paman Abua. Buyung sangat gembira dengan kegigihan dan keberanian Paman Abua saat melaut. Buyung sangat bahagia dengan kesederhanaan keluarga Paman Abua. Wajar, kalau liburan tiba Buyung ingin selalu kembali ke Masohi, kota kecil di Kepulauan Seram.


Jawablah pertanyaan berikut!

1. Siapa tokoh dalam kisah tersebut?

Jawab: Tokoh dalam kisah tersebut ialah Masohi, Paman Abua, Bibi Siti, Pelupessy (sepupu Masohu).

2. Bagaimana sifat tokoh-tokoh dalam kisah tersebut?

Jawab: Sifat tokoh-tokoh dalam kisah tersebut adalah:
1. Buyung: ingin tahu dan rajin.
2. Pelupessy: rajin dan peduli lingkungan.
3. Paman Abua: gigih dan berani.
4. Bibi Siti: ramah.

3. Mengapa Paman Abua bekerja sebagai nelayan?

Jawab: Paman Abua bekerja sebagai nelayan alasannya ialah tinggal di tempat pesisir pantai. Paman Abua memanfaatkan kekayaan alam di tempat tempat tinggalnyadengan cara menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhanhidupnya.

4. Bagaimana cara Paman Abua menangkap ikan?

Jawab: Cara Paman Abua menangkap ikan dengan memakai alat rompong (Fish Aggregation Device) untuk mengumpulkan ikan terlebih dahulu. Kemudian, ikan yang berkumpulan di rompang ditanggap dengan jaring jenis purse sein.

5. Apa jenis pekerjaan masyarakat di pesisir pantai selain sebagai nelayan?

Jawab: Selain sebagai nelayan,  masyarakat di pesisir pantai bekerja sebagai pembuat jaring, membudidayakan rumput maritim dan mutiara, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam bahtera atau kapal motor, dan mengangkut ikan dari bahtera atau kapal motor.


Sumber https://www.gurune.net/

Artikel Terkait