Kamis, 17 Juli 2014

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 16-34 Garleon Union (10)

Chapter 16-34. Garleon Union (10)


Satou di sini. Cukup sulit untuk menghasilkan produk yang dapat membuat klien 100% puas. Itu karena, seringkali, apa yang dikatakan klien bukanlah seluruh keinginan mereka; tuntutan sejati mereka terletak di luar kata-kata mereka.


"Laksamana Pendragon, lihat itu!"

Navigator meminta perhatianku dengan ekspresi putus asa di wajahnya.
Tepat ketika situasi hampir sepenuhnya berpihak pada kami di perairan pantai Kota Garleok, sebuah kapal hantu raksasa melaju sendirian dengan kecepatan penuh ke arah kapal kami, kapal induk.

"Ada bendera Skeleton Archduke di atasnya!"

Ini tampaknya taktik Skeleton Archduke.

"Aku adalah Penghuni Surga, aku tak mengenal kekalahan!"

Kapal hantu raksasa membuka dek seperti hiu yang akan menerkam dan kemudian beberapa kapal terbang keluar.
Kapal-kapal itu terlihat familiar.

"- Kapal Bajak laut?"
"Laksamana, itu adalah kapal bajak laut yang kita lawan!"
"Ada beberapa kapal pengawal Union juga!"

Seperti yang dikatakan petugas dan perwira pertama, kapal yang keluar dari mulut kapal hantu raksasa itu milik armada bajak laut dan armada pengawal.
Pemuda Skeleton Archduke palsu itu berada di atas kapal bajak laut.

"Ada apa dengan tampang menyeramkannya itu ..."

Dan kapal-kapal itu semuanya telah berubah menjadi kapal hantu.
Archduke Skeleton palsu sepertinya menyimpan dendam dengan tatapan itu.

"Ini adalah kekuatan Skeleton Archduke ...."

Suara-suara dipenuhi dengan ketakutan keluar dari kru kapal.
Ini bisa menjadi sedikit buruk jika terus berlanjut.

"KARINAKIIIIIIIIIIICK!"

Lady Karina yang telah menyelesaikan tugasnya di garis depan melepaskan tendangan mencolok dari langit menuju kapal hantu bajak laut.
Kemudian, dia bukan hanya menembus satu, atau dua kapal tetapi tiga kapal sekaligus.
Sungguh, adegan ini terlihat mirip dengan salah satu anime klasik.

Akhirnya, Lady Karina tenggelam ke lautan sambil membuat percikan air besar yang besar.

Sepertinya dia melakukan tendangan tanpa memikirkan apa yang harus dilakukan setelahnya.
Itu benar-benar seperti Lady Karina.

"Ter-cebur"
"Oh, tidak nanodesu! Karina tenggelam nodesuyo!"

Keduanya yang selesai dengan pekerjaan propaganda mereka, menunjukkan wajah mereka dari bayanganku ketika mereka menatap percikan air yang dibuat oleh Lady Karina.

"Maaf, tapi bisakah kau membantu menjemput Karina-sama untukku?"
"Nininin ?"
"Pochi akan pergi ke nodesu!"

Karena [Magic Hand] ku tidak bisa mencapai sejauh itu, aku meminta Tama dan Pochi untuk berurusan dengan penyelamatan.

"WOOOOOOOO!"
"Kicking Princess berhasil menyerangnya!"

Lady Karina yang ceroboh dengan cepat mengangkat moral awak kapal.

『Menyisihkan?』
『Ya, tolong lakukan.』

Aku memberikan persetujuanku pada saran Mia.
Sekarang semangatnya tinggi, mari kita menyisihkan sebagian besar kapal hantu bajak laut dengan teknik pamungkas Garuda.

Itu mungkin tidak sesuai dengan perintah Dewa Garleon, tetapi iman dan doa kepada Dewa Garleon seharusnya meningkat cukup banyak setelah ini, dan yang paling penting, kita akan langsung menuju ke pertempuran dengan undead bawah air jika ini terus berlanjut.

『Tempest』

Bulu-bulu emas Garuda terbang ke sekitar saat mnghancurkan armada hantu bajak laut.
Itulah yang aku sebut tangkapan besar.

"--Musuh di kanan!"

Navigator tiba-tiba berteriak.

Sepertinya Kapal Hantu raksasa sedang mencoba untuk memaksa menerobos Tempest dan menabrak kita.

『Aku tidak akan membiarkanmu!』

Sebuah kapal golem yang dikendalikan oleh Putri Sistina menghalangi Kapal Hantu raksasa, tetapi karena perbedaan massa yang sangat besar, kapal golem tertabrak dari samping oleh kapal raksasa dan tenggelam.
Meskipun demikian, berkat itu, kapal kami berhasil menghindari tabrakkan dan berhasil menghindari kehancuran, terdapat percikan api yang dihasilkan dari sisi kapal yang saling bertabrakan.

"Kalian semua, serang!"

Pelaut berhantu dengan pedang di tangan mereka bergegas memasuki kapal utama (milik kita).

"Undeads kotor! Dipercayakan oleh Kuil Garleon, aku -"

Komandan Knight temple dengan semangat mencegat mereka sambil menyerukan namanya.
Karena ini sepertinya adalah pertarungan terakhir, aku juga menarik Fairy Sword-ku dan menghadang undead di samping Komandan Knight temple.

"Kau pasti master dari『 Golden Wheel 』!"

Skeleton Archduke yang membawa rapier adamantite hitam kebiruan mengeluarkan tusukan ke arah Komandan Knight temple.
Sepertinya dia salah mengira Komandan sebagai diriku.

"Kau pasti dalangnya!"

Pedang mithril Temple Knight Commander yang dibalut Magic Edge memblokir benda seperti tali hitam.

Tali hitam itu berasal dari bayangan Skeleton Archduke.
Karena Archduke sepertinya bukan orang yang bereinkarnasi, dia pasti menggunakan Shadow Veil yang bersembunyi di balik bayangannya.

Aku mengamati pertarungan mereka sambil menendang dan memotong Bone knight yang menyerang dengan Fairy Swordku.

"Nuu"

Rapier Skeleton Archduke berhasil menembus pertahanan komandan.
Namun, rapier itu diblokir oleh lapisan pelindung yang dibuat oleh holy magic yang digunakan Komandan Knight.

"Hmph, holy magic ya!"

Archduke Skeleton mengerang, dan kemudian kerumunan binatang seperti Ghoul muncul di belakangnya, dan bergegas menuju Komandan Temple Knight.

"Dasar pengecut!"
"Konyol! Aku tidak peduli etika rendahan, etika ksatria tidak punya tempat di sini!"

Skeleton Archduke menertawakan protes komandan.

Kalau begitu, itu berarti tidak masalah bagiku untuk ikut campur juga.

"Biarkan aku membantu."

Aku mengaktifkan Fairy Sword dan mengubah Ghouls kembali menjadi mayat satu demi satu.

"Gununu, apakah kau seorang ksatria yang melayani master Golden Wheel!!"
"Tidak, aku yang menguasainya."

Aku mengambil [Golden Wheel] dari dadaku dan membiarkan Skeleton Archduke mengintipnya.

"SERAHKAH ITU PADAKUUUUU"

Skeleton Archduke menerjang-ku dengan aura hitam yang mencurigakan.

Aku bertukar pedang dengan Skeleton Archduke sambil melompat-lompat di geladak kiri dan kanan kapal hantu raksasa dan kapal utama, sambil menebarkan percikan api merah dan hitam.
Setelah beberapa ratus kali beradu pedang, Skeleton Archduke berhenti dan membuka mulutnya sambil berpose aneh.

"Kau anjing kampung rendahan, beraninya kau bertarung setara dengan pendekar pedang terkuat Lalakie ini!"
"Tapi jangan berpikir tempat kelahiranku ada hubungannya dengan keterampilanku dengan pedang."
"Diam! Mati oleh pedangku, rendahan!"

Skeleton Archduke marah sambil bergerak dengan mencurigakan.

"--Phantom Rampage!"

Dia melepaskan tembakan seperti serangan multi-arah dalam aura merah gelap.
Sepertinya pose anehnya sebelumnya adalah langkah awal dari serangan pamungkasnya.

Dengan fairy sword di tangan, aku menangkis semua tusukan dari Skeleton Archduke.
Bung, Percikan api itu menyilaukan.

Ini seharusnya menjadi saat yang tepat untuk menurunkan tempo pertempuran ini.

"Ini tidak mungkin! Pedang bajingan itu menangkis pedangku, seorang Penghuni Surga ?!"

Yah, kupikir bahkan Liza dan Tama bisa melakukannya.

Bagaimanapun.

--Ini adalah skakmat.

Aku menyarungkan pedangku kembali setelah satu tebasan terakhir.

"Mengapa kau menyarungkan pedangmu? Apakah kau menyadari bahwa kau tidak pantas melawanku?"

Skeleton Archduke dengan ragu mengajukan pertanyaan saat cahaya merah di dalam matanya berkedip.

"Apakah kau belum menyadarinya?"

Tubuh Skeleton Archduke mulai hancur menjadi abu hitam, mulai dari ujung jari tubuhnya.
Dan di bawah kakinya, serpihan magic core merah yang rusak -.

"I-ini adalah ... Aku, Penghuni Surga yang mendapatkan kehidupan abadi ... mati ..."

Skeleton Archduke yang sedang menatap tubuhnya mengangkat kepalanya saat cahaya merah dan hitam menyembur dari matanya.

"INI BELUM SELESAAAAAII!"

Skeleton Archduke yang berteriak menyerbu ke arahku ketika aura hitam legam membungkus tubuhnya.
Namun, jari-jarinya menghilang menjadi abu hitam sebelum mereka bisa menyentuhku.

"Sudah kubilang, ini skakmat."

Setelah menggumamkan sesuatu yang tidak akan ada yang mendengar, aku melihat sekeliling.
Sedikit setelah kematian Skeleton Archduke, kapal hantu raksasa hancur dan tenggelam ke laut.

Beberapa kapal bajak laut yang masih bertahan berusaha melarikan diri, tetapi mereka tenggelam satu demi satu oleh Magic Edge Cannons yang tidak diketahui asalnya.
Aku telah meletakkan lingkaran magic seperti [Golden Wheel] di depan tempat Pochi dan Tama berada, itu seharusnya tidak masalah.

--Itu benar, aku berharap semua orang percaya bahwa ini adalah [Keajaiban Dewa].

"Semua musuh telah dihancurkan! Ini adalah kemenangan kita!"
"" "WOOOOOOOOOOO!" ""

Awak armada bersorak keras ketika aku menyatakan kemenangan kami.
Sementara aku berada di sana, aku menghilangkan beberapa awan gelap yang menggantung di atas medan perang, dan membiarkan sinar matahari menembusnya untuk membuatnya tampak mistis.

Agar lebih meyakinkan, aku memproyeksikan ilusi [Golden Wheel] di langit sekali lagi.
Aku mendaratkan kapal di pelabuhan Kota Garleok dengan ilusi sebagai latar belakang, dan mengembalikan Kapal Golem kembali ke base menggunakan cipratan air pendaratan sebagai pengalih perhatian.

Aku juga akan mengirim orang yang aku lindungi di bukit yang terlihat dari Kuil Garleon.
Karena itu menyusahkan, kurasa aku juga akan melepaskan mereka bersama dengan bajak laut yang aku tangkap?

"Kemuliaan bagi Dewa Garleon!"
"" "KEMULIAAN BAGI DEWA GARLEON!" ""

Ketika kami memasuki dermaga, orang-orang yang telah berkumpul di pelabuhan bersorak untuk Dewa Garleon ketika aku sedang menuju ke Kuil Garleon dengan para knight temple sebagai penjaga.

Karena ada banyak rumah yang menanam bunga di kebun dan balkon mereka, kami dihujani dengan kelopak bunga sampai kami tiba di kuil.
Membuat aku merasa seperti menjadi pengantin pria dari seorang hero atau semacamnya.


"Selamat datang kembali – penantang Ujian Para Dewa."

Ketika aku tiba di Kuil Utama Garleon, Miko Shaman Sauani menyambutku.

"Nah, mari kita laporkan kepada Dewa."

Aku tidak keberatan dia dengan santai mencoba membawaku ke ruang upacara, tapi aku dengan ramah mengibaskan tangannya ketika dia mencoba melingkarkannya di pinggangku.
Bocah Sauani bergumam, "kau sangat kejam", tapi aku pura-pura tidak mendengarnya.

Seperti halnya upacara kemarin, aku melapor kepada Dewa Garleon melalui bocah Sauani.

『--Megah. Aku memberimu tanda-ku. 』

Kalimatnya persis sama dengan Dewa Heraruon, tetapi suara-suara bercampur dengan nada jengkel dan kepuasan, mengatakan, "Terlalu berlebihan", "Doa yang cukup", "Skema yang kurang", "Iman cukup", "Taktis pertarungan kurang" juga mencapaiku pada saat yang bersamaan, tetapi karena tujuanku adalah untuk menyelesaikan [Ujian Para Dewa] dan mengumpulkan Tanda, kurasa itu tidak masalah.

> Title [Garleon's Mark] Acquired.
> Title [One Approved by Garleon] Acquired.
> Title [Garleon Saint] Acquired.
> Title [Garleon Apostle] Acquired.
> Title [Charade] Acquired.
> Title [Overproduction] Acquired.
> Title [Stage Director] Acquired.
> Title [Poor Schemer] Acquired.

Oke, aku tahu Kau tidak puas, tapi tolong jangan mengambil alih sistem title hanya untuk menunjukkan ketidakpuasanmu.


Setelah dialog singkat dengan Dewa, aku kembali ke kesadaranku di tempat suci.
Cahaya yang turun dari langit berkumpul menjadi satu dan berubah menjadi scepter yang mencolok.

Aku menangkapnya saat perlahan-lahan jatuh.

Menurut bacaan AR, itu [Golden Scepter Garleauph], semacam [Divine Treasure].
Sama seperti [Golden Dagger Heraruseph] yang aku dapatkan dari Dewa Heraruon yang dihiasi dengan Sun Stone kecil pada genggamannya, tongkat ini memiliki permata biru - Sea God Stone di ujungnya.

Tampaknya menjadi alat pendukung untuk holy magic.

Ini akan cocok untuk Sera, tetapi mungkin ide yang buruk untuk membiarkan seseorang yang percaya pada Dewa lain untuk menggunakan Divine Treasure dari Dewa lain.

"Hee, ini pertama kalinya aku melihat seseorang dianugerahkan dengan Divine Treasure."

Bocah Sauani mendekat untuk melihat scepter dengan kekaguman.

"Keberatan kalau aku menyentuhnya?"
"Silahkan."

Aku memberikan scepter kepada bocah Sauani.
Dia dengan aneh melihat scepter dari semua sisi.

Para priest dan miko lain di sekitar kita bersujud, sungguh perbedaan yang sangat mencolok.

"Terima kasih, ini luar biasa."

Bocah Sauani mengembalikan scepter tanpa sedikit pun penyesalan.
Para priest dan miko lain yang tampak sangat kecewa tercermin pada mereka.

"Jika Kuil Garleon ingin mengabadikannya, aku akan dengan senang hati menyerahkannya—"
"Tidak, kau tidak perlu. Maksudku, itu sesuatu yang dianugerahkan kepadamu oleh Dewa Garleon, dan yang paling penting, kita sekarang tahu bahwa Kuil Utama memiliki berkah dari dewa agung Garleon dan『 Golden Wheel』 divine treasure yang tak terkalahkan. "

- Maaf, sebagian besar adalah ulahku sendiri.

Aku merasa sedikit bersalah melihat wajah Sauani yang ceria.

Para priest dan miko terlihat sangat menginginkannya, tetapi karena tidak ada yang berani memberitahuku untuk memaksakannya kepada Sauani, aku memasukkan Scepter ke dadaku dan langsung ke Storageku.

- Hm?

Bayangannya mendecakkan lidahnya terlintas di benakku sesaat, pasti hanya imajinasiku.

Aku meninggalkan Kuil Utama Garleon, menikmati perjamuan yang diadakan oleh Kota Garleok, dan meninggalkan Garleon Union.

"Sa-Satou! Ada sesuatu di antara awan!"

Setelah beberapa saat setelah kami meninggalkan bandara Kota Garleok, Lady Karina menemukan benda hitam terbang di cakrawala.
Menurut info Peta -.

"Itu tampaknya adalah kapal udara Saga Empire."

Selain itu, ini adalah jenis kapal perang besar.
Kurasa itu bentuk yang sama dengan kapal udara yang Hero Meiko naiki ke Weasel Empire.

Terlebih lagi, hero lain yang disummon berada di dalamnya. 
<TLN: tidak jelas apakah hanya ada satu hero atau lebih.>

"Apakah mereka mungkin datang untuk menyelamatkan Garleon Union dari krisis?"
"Mungkin saja."

Aku setuju dengan sang putri.

Karena demon terlibat, tidak aneh jika hero dikerahkan.
Mungkin tidak ada cara Saga Empire akan melakukan agresi dengan para hero terkemuka.

Setelah mengamati situasi sebentar, aku mengubah arah kapal udara menuju tujuan kami selanjutnya.


"Ini suvenirmu."
"Uwaa! Itu bream laut dan gurita yang terlihat segar!"
"Kami juga punya tiram dan kerang di sini."

Gurita dan kerang Garleok City luar biasa, aku ingin mentraktir gadis-gadis dan para petinggi Echigoya Firm.

"Apakah kau membelinya dari pasar?"
"Tidak, ikan laut berasal dari putri duyung yang aku selamatkan dalam insiden gunung es."

Mereka pergi dan membawa ikan laut segar di punggung lumba-lumba ke Kota Garleok.

"Bagaimana kau akan memasaknya?"
"Sashimi untuk ikan laut - tetapi akan membosankan jika kita terus makan itu saja, jadi aku pikir aku akan membuat setengahnya menjadi carpaccio. Dan untuk tiram -"
"Aku ingin mentah!"

Arisa yang tidak takut sakit perut mengangkat tangannya dan bersikeras.
Yah, bahkan jika dia sakit perut, kita bisa menyembuhkannya dengan magic medicine atau elixir, jadi tidak masalah.

"Aku mengerti. Aku akan menaruh es di piring untuk mendampinginya. Oh dan maaf, kita kehabisan lemon, bisakah kau ambilkan untukku."
"Baik!"

Arisa berteleportasi ke kebun lemon.

"Menurutmu apakah kita perlu membuat hidangan sampingan seperti paella untuk kerangnya?"
"Ya, aku akan berusaha keras!"

Aku menyerahkan sekeranjang penuh kerang ke Lulu dan memikirkan menu sampingan sambil bergumam, "Aku penasaran apa yang harus aku buat selanjutnya."

"Daging ?"
"Pochi senang dengan ikan atau kerang seperti dia dengan daging nodesu."

Karena pecinta daging Tama dan Pochi mengusulkan amandemen, aku berpikir tentang hidangan daging yang cocok dengan paella.
Makanan akan terasa nikmat jika dimakan bersama dengan teman-temanmu.

Sebuah pesan mendesak muncul di saat damai seperti ini.

"Satou-sama! Kami mendapat kontak dari Zena-san di kota Seryuu--"

Sepertinya sesuatu terjadi pada Zena yang sedang mengunjungi rumahnya.



TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

Artikel Terkait